"IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA ERA GLOBALISASI"
- Konsep keunggulan kompetitif dalam operasional perusahaan
Perusahaan harus memiliki kriteria-kriteria (critical success factors) dan ukuran-ukuran (performance indicators) yang dapat dijadikan sebagai barometer sukses tidaknya perusahaan dalam memiliki dan mempertahankan keunggulun kompetitif tertentu. Beberapa teori keunggulan kompetitif di dunia maya menganjurkan agar paling tidak 7 (tujuh) aspek harus menjadi perhatian dari sebuah perusahaan, yaitu masing-masing:
1. Customer Service
2. Price
3. Quality
4. Fulfillment Time
5. Agility
6. Time to Market
7. Market Reach
Kondisi ketujuh aspek tersebut akan sangat menentukan posisi perusahaan di dalam kancah persaingan di dunia maya.
- strategic Uses of Information Technology
Sebelum Teknologi Informasi diterapkan pihak pengambil keputusan harus yakin dan bahwa Teknologi Informasi ini akan membawa PNRI lebih baik dan menguntungkan. Untuk mendapatkan Di atas itu semua strategi Teknologi Informasi ini tentunya harus sejalan dengan strategi organisasi PNRI.
Tidak semua produk TI tergolong baik, dari sekian banyak produk yang ditawarkan, lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil. Sebab itu pada tahap persiapan dan perencanaan, akan dianalisa dan diusulkan beberapa skenario atau pilihan (options), dimana setiap skenario memiliki variabelnya masing-masing seperti biaya (costs), manfaat (benefits), resiko (risks), dampak (impacts), tingkat kesulitan (complexity), hambatan (constraints), dan hal-hal terkait lainnya.
Salah satu dari unsur Teknologi Informasi tersebut adalah brainware, yang merupakan unsur paling kritikal melebihi unsur lainnya (software dan hardware). Jika diibaratkan hardware dan software adalah senjatanya, maka penentu utamanya tetap adalah man behind the gun yaitu dalam hal ini brainware. Manusia (brainware) yang akan mengimplementasikan sistem informasi yang dibangun, mengembangkan TI sejalan dengan perkembangan organisasi di masa mendatang, serta penentu srategi kebijakan TI itu sendiri. Oleh karena itu untuk tahap awal perlunya kita mengarahkan perhatian pada pembenahan faktor brainware dalam memulai penerapan TI di PNRI, sambil secara paralel melakukan persiapan dan perancangan sistem yang matang.
- Membangun Customer Focused Bisnis
Pada seminal sales orang diharap untuk mendengar, mengingat, kemudian mempraktekkannya sehinggaproses training dapat memicu angka penjualan.
Sebuah sales training seharusnya didesain untuk membangun perilaku customer-focused pada salesperson. Jika tidak demikian, maka mereka tidak akan optimal dalam menjual. Setelah training, seharusnya salesperson dapat memahami bagaimana penjualan yang customer-focused. Selain itu, training tersebut juga harus dapat meyakinkan mereka bahwa perilaku customer focused adalah kunci keberhasilan. Skill ini harus terus dipraktekkan dan diasah berulang kali hingga customer-focused selling skill menjadi sebuah perilaku yang mengakar.
langkah-langkah menjadikan skill ini sebagai perilaku yang mengakar :
Pertama-tama, ajarkan kepada salesperson mengenai customer focused selling skill. Skill ini menuntut mereka berfokus bukan pada produk, melainkan kebutuhan pelanggan. Biarkan mereka mempraktekkan skill ini dalam praktek penjualan mereka sehari-hari.
Secara mingguan, minta mereka untuk melaporkan kepada apa mengenai praktek penjualan yang mereka jalankan, dan bagaimana hasilnya. Praktek yang sukses menjalankan customer focused selling skill tentunya harus memperoleh reward tersendiri. Sehingga, proses ini akan terus berulang, dan customer-focused akan menjadi habit tersendiri bagi mereka. Bukan semata-mata seminar sales skill dan seminggu kemudian langsung lupa.
Pada intinya, sebuah training harus membangun sebuah perubahan perilaku jika ingin sukses. Tanpa adanya perubahan perilaku, maka training hanya sekedar membuang-buang dana saja. Jika customer focused selling skill sudah mengakar atau menjadi habit pada seorang salesperson, maka kesuksesan penjualan akan menjadi milik Anda.
D. Value Chain & Strategic Informastion System
Pada bagian ini, semuanya tidak beda jauh dengan Strategic Uses of Information Technology. Hanya bagian informasinya lebih di tekan agar pemasarannya jadi lebih baik.
E. Re-engineering Bussiness Process
Reengineering proses bisnis adalah pemikiran ulang fundamental dan disain ulang radikal suatu proses bisnis organisasi yang akan mengarahkan organisasi untuk mencapai peningkatan kinerja bisnis secara dramatis. Beberapa perusahaan telah menerapkan paradigma inovasi baru ini untuk mencapai berbagai perbaikan dalam biaya, kualitas, dan efisiensi. Bahkan makin banyak perusahaan yang mencari peluang untuk menerapkan proyek reengineering dan metodologi-metodologi yang membantu mereka dalam mencapai usaha-usaha perbaikan tersebut.
Pengakuan reengineering sebagai paradigma manajemen baru telah marak di tahun 1990-an, walaupun sebenarnya prinsip-prinsip reengineering telah lama diterapkan sebelumnya. Pada awal tahun 1990-an dunia bisnis semakin tertarik pada reengineering, sehingga beberapa perusahaan berbagai pengalaman mengenai siklus awal penerapan reengineering.
Praktik-praktik reengineering pada periode 1990-an, sebagian besar ditandai dengan aplikasi proses-proses operasional dan pengukuran operasional waktu, biaya, dan kualitas. Selanjutnya pengembangan proses strategik reengineering terus-menerus dilakukan. Salah satu harapan yang ingin diperoleh dari pemikiran baru tersebut adalah meninggalkan mikro menuju masalah yang lebih bersifat makro yang membantu menghasilkan nilai-nilai usaha reengineering yang jauh lebih besar. Tulisan ini akan menyajikan:
1. Konsep reengineering
2. Berbagai masalah dalam reengineering proses bisnis.
3. Metodologi untuk mengorganisasikan aktivitas reengineering.
F. Menciptakan Virtual Company
Yaitu menciptakan produk atau software sendiri untuk mendukung suatu perusahaan.
G. Membangun Knowledge Creating Company
Membangun Knowledge Creating Company dibutuhkan bagian-bagian penting yaitu :
1. Important knowledge in Company :
- Cara menghadapi persaingan global.
- Cara menjaga kepuasan pelanggan.
- Cara mengantisipasi dinamika persaingannya secara tepat melalui pengembangan virtual Lego Factory.
- Cara menghadapi arena persaiangan dengan film-film yang sedang beredar dengan kualitas box-office.
- Melaksanakan program restrukturisasi yang terdiri dari downsizing dan downscoping.
2. Cross cultural interfaces & Knowledge domain :
- Lego Group mengirimkan produknya kepada retail-retail kecil yang terdapat di dalam database Lego Group sejak tahun 1950.
- Penjualan saham Legoland (Taman Bermain Lego) kepada Blackstone senilai US$450 juta dan penglepasan aset non-produktif di AS, Korea Selatan, dan